Hidup Bahagia Itu Tidak Perlu Mengeluarkan Banyak Uang

Apakah hidup kita sekarang sudah bahagia? Apa standar yang membuat kita dapat dikatakan telah menjadi orang yang bahagia? Sebagian besar orang mengatakan bahwa kebahagiaan itu telah kita capai ketika kita memiliki harta yang banyak, keluarga yang harmonis, jabatan atau pekerjaan yang bagus, mempunyai teman-teman yang baik, memiliki wajah yang tampan atau cantik, dan lain sebagainya. Kesenangan fisik ini dipandang sebagai pengantar menuju kebahagiaan, bahkan ia adalah kebahagiaan itu sendiri. Beberapa filsuf pun juga mengatakan demikian. Aristoteles dalam Nichomachean Ethics berkata bahwa, kebahagiaan adalah hasil yang jelas seperti kesenangan, kesejahteraan, atau kehormatan. Aristoteles juga menyebutkan bahwa kebahagiaan adalah kesesuaian dengan yang baik atau puncak kebaikan. Namun, apakah kebahagiaan materi ini merupakan kesenangan yang sejati?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

[وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ   [٦:١٥٣

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Qs. Al-An’am: 153).

Kebahagiaan yang hakiki hanya dapat diperoleh dengan mengikuti jalan yang digariskan oleh Allah, yaitu menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas dan benar. Dalam kitab panduan lengkap kehidupan Muslim (bahasa kerennya adalah Al Qur’an) sudah dijelaskan secara komplit tentang perintah dan larangan Allah kepada orang beriman. Allah-lah yang menciptakan rasa bahagia, Allah juga telah memberikan aturan bagaimana cara mendapatkan dan mengekspresikan kebahagiaan itu. Kita pasti tidak akan lupa bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Sang Pencipta kita (Al Khaliq) yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita dan juga yang membuat peraturan (Al Madabbir) bagi kita agar kehidupan kita bahagia. Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa orang yang meninggalkan jalan yang digariskan oleh Allah, hidupnya tidak akan tenang dan tidak bahagia. Karena ia akan risau mencari jalan dan sumber kebahagiaan semu yang dibuat dan digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

[وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ   [٢٠:١٢٤

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Qs. Thaha [20]: 123).

Contoh kecilnya adalah ketika kita berbakti kepada kedua orang tua karena Allah memerintahkan demikian, maka terwujudlah rasa bahagia karena telah menjalankan perintah Allah.    🙂